Tepat! Bahwa setiap makhluk diciptakan dengan segala keterbatasannya. Begitu pun dengan manusia.
Tepat! Bahwa hanya Sang Kholiq lah Yang Maha Sempurna.
Beberapa hari yang lalu, sebuah kuliah biologi (yang terkadang menjadi sangat menjijikan dengan teori evolusi yang sok ilmiah) di kampus baruku, tiba-tiba menjadikanku termenung dan bersyukur dengan membuka sisi lain dari sebuah “keterbatasan”. Sisi yang mungkin selama ini sering terlupakan, bahkan oleh pemilik sifat itu sendiri (makhluk).
Keterbatasan adalah sebuah nikmat!
Mungkin sisi ini bukanlah sisi yang sama sekali terlupakan, tapi tak bisa dipungkiri bahwa ia memang sering kali terpinggirkan. Bagaimana tidak?! Setiap kali terdengar kata “terbatas”, sering kali persepsi yang lebih dulu muncul dalam benak makhluk-makhluk yang terbatas adalah bahwa kata itu menunjukkan pada suatu kekurangan, kelemahan, atau ketidaksempurnaan.
Ya, keterbatasan adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri. Karena dengan segala keterbatasan yang ada pada diri kitalah, kita dapat merasakan indahnya dunia. Kita dapat melihat berbagai pesona dan hidup dalam ketenangan.
Bayangkan! (ayo... dibayangkan..!)
Bagaimana jika kita diberi pengelihatan yang tak terbatas? Mungkin tidak akan ada seseorangpun yang sedap dipandang mata. Karena ternyata kulit tubuh setiap manusia dipenuhi oleh bakteri-bakteri yang berfungsi sebagai pelindung. Bagaimana kita bisa memandang dengan sedap, jika kita melihat berjuta makhluk yang menggelikan itu bergelayut dengan flagella dan cilia-nya? Mungkin kita semua akan merasa jijik, bahkan pada diri kita sendiri.
Bayangkan pula bagaimana kita dapat tidur dengan nyanyak jika pandangan kita tak terbatas. Padahal di setiap tempat dan di setiap detik, ada begitu banyak bakteri dan virus yang beterbangan. Jika pandangan kita tak terbatas, mungkin setiap kita akan berubah menjadi ‘astronot’ demi melindungi dirinya dari makhluk-makhluk berbahaya itu.
Dan bayangkan juga bagaimana hati kita bisa tenang jika pandangan kita tak terbatas. Karena di setiap tempat dan waktu, entah berapa banyak makhluk terlaknat (dengan rupa yang Allohu a’lam) yang terus mengikuti kita untuk mengganggu keimanan kita. Jika ini terjadi, mungkin kita akan semakin sulit untuk ikhlas beribadah, karena yang terpikir hanyalah bagaimana caranya untuk mengusir makhluk-makhluk terlaknat itu.
Dan jika pandangan kita benar-benar tidak terbatas, sangat tidak mustahil jika akhirnya akan semakin banyak manusia yang kufur nikmat dan lebih memilih untuk menjadi buta saja.
Subhanalloh... Itu baru keterbatasan dalam pandangan, belum keterbatasan-keterbatasan yang lain. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kita memang diciptakan dengan keserbaterbatasan. Keterbatasan pendengaran, keterbatasan pikiran, keterbatasan gerak, keterbatasan kekuatan, dan begitu banyak keterbatasan lainnya. Maka, nikmat Robb-mu yang manakah yang kamu dustakan?
Alhamdulillah atas kesempurnaan yang tunggal Kau miliki.
Alhamdulillah atas keterbatasan yang Kau ciptakan untuk kami.
Sunday, September 10, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment