“De’, udah nikah?!”
“Kenapa??!” (bingung. Mungkin 2 orang berseragam putih-abu itu mengira pendengaran mereka sedang terganggu atau sedang nggak normal. Seorang lagi teman yang duduk di depannya pun nampak melongo)
“Udah nikah?!”
“... belum...” (sedikit terlihat bertampang malu, khususnya yang cowok. Teman di depannya (cowok juga) pun nggak kalah bengongnya)
“Ooo.. kirain udah. Abis kayak yang udah nikah...”
“.. namanya juga anak sekolah!” (setengah mengumpat dan sambil ngumpet di balik badan cowoknya)
“Oh.. gitu ya, kalo anak sekolah?! Soalnya waktu saya sekolah, nggak gitu sih.”
“...dan.. kalo anak Islam nggak begitu. Islam?”
“Saya noni!” (dengan nada sedikit bangga dan bahagia. Mungkin merasa menang karena pertanyaanku tak terjawab dgn kata ‘iya’. Sementara yang cowok masih terus terdiam)
Menang?! Oh, tidak! “... Ooo.. kalo agama saya indah sih!”
..”kiri!” langsung turun, sampe lumpa pamitan. Ya, kutinggalkan mereka dengan malu (mungkin) yang menghinggapi Si cowok, kesal (sepertinya) yang menggelayuti Si cewek, dan bingung (tampangnya) yang menghampiri temannya. Untungnya nggak lupa untuk melemparkan sebuah do’a... “phuff... ya... semoga Alloh memberi hidayah.”
Itulah secuil kisah nyata yang kualami di sebuah angkot di kota hujan. Menyedihkan memang. Tapi, sungguh... pengalaman yang tak terlupakan! Sekaligus pembuktian, BETAPA SEMPURNA DAN INDAHNYA DIEN YANG KU PEGANG! Subhanalloh... Alhamdulillah...
2 comments:
apa maksudnya "mereka berani bertanya"?
mereka?
bernani bertanya?
???
wew! salut! selama ini, kalo saya berada di posisi itu [melihat asmara di angkot], beraninya cuma nggrundel dalam hati. nggak pernah kesampean untuk nyeletuk dengan tujuan mengingatkan kepada yang makruf seperti ini. hmmm... layak dicontoh neh :).. semoga lain kali saya lebih berani. amin..
oiya, kalo dengan pertanyaan "dek, udah nikah?" trus jawabannya, "udah mbak", gimana terusannya kira2 ?
Post a Comment